Selasa, 14 Juni 2016

Cinta, kopi, dan filosofinya.

Cinta, kopi, dan filosofinya.

Aku disini engkau disitu, jarak. Ngga semua itu berbeda, oke jarak memang berbeda. Waktu? Kamu bernafas sekarang, tak lain aku pun bernafas saat ini. Walaupun umur kita ngga akan sama, tapi kita sama-sama bernafas, kan?

Iya itu contoh kesamaan yang kita rasakan tapi jarang kita fikirkan. Lain hal perasaan, kita mempunyai rasa yang sama tapi ngga untuk kadarnya. Mungkin aku lebih sayang sama kamu, tapi mungkin kamu lebih sayang sama aku. Betul?

Tapi bagaimana kita membuat perbedaan itu menjadi hal yang indah, dengan kebijakan, kedewasaan kita, ngga ada yang sempurna kan? Tapi kita pun tau kesempurnaan bisa kita cari dari kekurangan.
Beberapa orang mungkin menjadikan perbedaan itu halangan, tapi ngga sedikit pula yang menjadi penguat suatu hubungan. 

Menurut saya, kelemahan itu kekuatan yang masih dalam bentuk racikan. Bak biji kopi yang nantinya bakal jadi kopi lezat yang sering kita temua di counter seperti Starbuck, Bengawan solo dan lain-lain.

Kopi itu menjadi lezat karna mereka mengalami proses yang gampang, banyak prosedur yang di lalui. Sama halnya hubungan, agar mencapai goal tersebut a.k.a kebahagiaan harus melalui banyak proses, ntah halangan, pertengkaran, masalah-masalah yang akan menjadikan kita manusia yang layak mendapatkan gelar "dewasa".

Cinta dan kopi, 2 hal penuh filosofi. 

Kopi, ngga semua orang menyukai 1 kopi yang sama dengan orang lain. Ada punya orang yang bener-bener ngga bisa ngopi. 
Cinta, sama halnya dengan kopi, setiap manusia mempunyai kriteria cinta yang berbeda-beda. Lalu apa hubungannya dengan orang yang ngga bisa ngopi sama sekali? Iya dia tidak bisa lagi menerima seseorang karna masalalunya, tidak sedikit.

Kopi, terlihat hitam, namum banyak yang menyukainya. Tergantung cara menikmatinya bagaimana.
Cinta, tak terlihat, dan sama dengan kopi, kita bakal bahagia kalau kita tau cara meracik dan menikmatinya.

Kopi, banyak yang mengobral lalu menjualnya.
Cinta pun, banyak yang mengobral, lalu pergi.

Pelanggan kopi layaknya pecinta, dia menikmati kopi lalu pergi.
Berbeda dengan pecinta kopi, ia yang bertahan di satu kopi untuk waktu yang lama.
Lalu kita siapa? Pelanggan kopi atau pecinta kopi?

Sekian dulu yaaa teman kopi. Happy coffee!